- Back to Home »
- kaderisasi »
- Menjadi aktivis dakwah kampus prestatif
Posted by : Unknown
Selasa, 04 Maret 2014
“Dakwah dinamis , akademik optimis”, jargon ini menjadi sebuah keyakinan yang saya terapkan pada pikiran saya selama di kampus. Semua ini bermula ketika pada tingkat pertama kuliah saya di ajarkan oleh mentor saya untuk menjadi sosok “teladan ekstrim”. Maksudnya adalah bagaimana seorang kader dakwah benar benar bisa menjadi teladan yang mendekati ideal karena dakwah kampus membutuhkan banyak sosok seperti itu untuk menunjang pergerakanya. Sehingga saat itu saya meniatkan diri untuk menjadi sosok teladan ekstrim.
Teladan ekstrim ini saya coba turunkan menjadi beberapa indikator, antara lain :
- Bergerak berdakwah tiada henti (kader non-stop hits)
- Mendapatkan Indeks Pretasi (IP) terancam cumlaude
- Dipercaya sebagai pemimpin di antara masyarakat kampus yang heterogen
- Memiliki pribadi yang baik dan diterima oleh semua kalangan
- Memiliki karya tulis yang bisa menjadi inspirasi banyak kader
- Membuka kesempatan untuk berbicara dan menginspirasi banyak orang
Bisa jadi indikator ini bertambah tergantung kapasitas setiap individu, akan tetapi untuk saya enam indikator ini saya niatkan untuk bisa dijalankan selama menjalani kehidupan di dunia kampus. Titik tekan yang saya coba berikan sesuai dengan jargon di awal “dakwah dinamis, akademik optimis”. Saya ingin mematahkan pandangan bahwa ketika seseorang bergelut dalam dunia dakwah kampus secara total maka ia tidak bisa mendapatkan prestasi akademik yang baik.
Buat saya tentu hal ini sangat tidak masuk akal ketika seseorang harus mendapatkan IP rendah untuk bisa memberikan yang terbaik untuk dakwah. Saya justru berpikir seharusnya dengan dakwah yang baik dan berkah, Allah akan memberikan nikmatnya berupa kemudahan dalam hal akademik. Karena saya sangat yakin, jika dakwah ini berjalan dengan berkah tentu pertolongan Allah akan selalu menemani.
Manajemen hati dan pikiran
Orang bijak mengatakan “life is about mindset”, atau pakar kesehatan sering berpendapat “akar dari penyakit adalah pikiran dan hati”, ahli motivasi juga berkata “anda adalah apa yang diri anda pandang tentang diri anda”
Berbagai kata bijak lain sejenis pun juga bukan hal asing lagi di telinga masyarakat. Dari semua kata-kata bijak ini bisa di ambil sebuah kesimpulan sederhana bahwa segala sesuatu tentang keberhasilan ataupun kegagalan selalu bermula dari bagaimana kita bisa menata hati dan pikiran dengan bijak dan tenang.
Langkah sederhana yang selalu saya terapkan ke dalam diri saya adalah meyakinkan diri bahwa saya bisa memberikan yang terbaik untuk setiap hal yang saya lakukan. Meyakinkan diri bahwa saya bisa menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dikerjakan dan siap memberikan segala yang bisa diberikan untuk mencapai keberhasilan. Secara tidak sadar, proses meyakinkan diri ini memberikan sebuah pola pikir baru dan berbuah sebuah karakter dalam diri saya agar menjadi pribadi yang selalu optimis menghadapi segala sesuatu.
Khusus untuk akademik, saya meyakinkan diri saya bahwa hanya boleh ada nilai A di dalam transkrip akademik. Keyakinan ini saya di dukung pula dengan menambah sugesti diri melalui menuliskan huruf A besar di wallpaper komputer pribadi, menuliskan nilai A ketika sedang iseng dan sebagainya.
Dengan menata hati dan pikiran , diri ini akan memiliki landasan hati yang kuat dalam berpikir dan bertindak. Kekuatan pikiran sangat menentukan segalanya, kemampuan diri untuk bisa merekayasa hati dan pikiran sehingga melahirkan sebuah sugesti positif terhadap diri merupakan cara yang ampuh untuk bisa menggapai keberhasilan diri.
Manajemen Fokus
Manajemen fokus adalah cara yang penting untuk bisa dilakukan oleh aktivis dakwah kampus yang dikenal memiliki banyak kesibukan di berbagai tempat sehingga kekuatan fokus dengan apa yang dikerjakan menjadi sebuah kebutuhan tersendiri untuk mengoptimalkan kinerja.
Saya memandang bahwa inti dari manajemen waktu adalah manajemen fokus itu sendiri, karena waktu lebih mudah diatur ketimbang fokus yang beredar di pikiran. Seringkali ditemui seorang aktivis dakwah kampus yang sudah tidak fokus dan melamun di kelas karena memikirkan tanggung jawab dakwahnya begitu pula sebaliknya dimana seorang aktivis dakwah kampus tidak fokus memimpin rapat karena tugas kuliah yang belum selesai. Dua kejadian yang tidak produktif diatas adalah hasil dari tidak fokusnya seorang aktivis dakwah. Oleh sebab itu, manajemen fokus diperlukan untuk bisa menunjang kinerja dan optimasi hasil dari seorang aktivis dakwah.
Salah satu perangkat pendukung untuk menunjang manajemen fokus adalah dengan memiliki buku catatan yang berbeda antara kuliah dan aktivitas dakwah sehingga seorang aktivis dakwah tidak saling memikirkan yang lain ketika mengerjakan suatu hal. Selain itu biasakan untuk memulai sesuatu dengan menjadi gelas kosong, dimana tiada beban pikiran akan aktivitas atau kegiatan lain ketika akan memulai sebuah kegiatan baru. Biasakan mengambil wudhu dan membaca lafadz basmallah ketika memulai sesuatu.
Manajemen diri
Inti dari manajemen diri adalah integritas dan disiplin. Kedua hal ini akan membuat diri anda lebih yakin, tidak tegang dan percaya diri dalam menghadapi segala hal yang dilakukan. Seseorang harus mampu menahan ego atau keinginan sesaatnya dikala sedang berada dalam kesibukan tertentu.
Kebanyakan orang sangat sulit untuk menolak permintaan bantuan atau ajakan dari orang lain dengan berbagai alasan. Meski demikian terkadang anda perlu untuk tegas dengan rencana yang sudah di susun. Intervensi jadwal kegiatan di tengah aktivitas adalah suatu hal yang perlu dipertimbangkan dengan masak sebelum menerimanya. Manajemen diri jugsa sangat terkait dengan kebiasaan rutin yang dijalankan dengan konsisten seperti bangun pagi untuk ke mesjid atau jadwal untuk istirahat dan belajar. Dengan konsisten akan jadwal rutin, seseorang akan memiliki standar minimal kegiatan yang dilakukannya setiap hari.
Tiga pola manajemen sederhana menjadi kunci agar dapat dinamis dalam dakwah dan optimis melihat hasil indeks prestasi. Dengannya seorang aktivis dakwah tidak lagi memandang dakwah sebagai sebuah beban, melainkan sebagai sebuah kebutuhan. Ia menjadi tertantang untuk menyelesaikan tanggung jawab dakwah yang lebih besar untuk mengharapkan keberkahan dari Allah.
sumber: http://manajemendakwahkampus.wordpress.com/2011/01/21/menjadi-aktivis-dakwah-kampus-prestatif/#more-19